Pembukaan Festival Desa-Desa Nusantara
Anak sekarang bisa jadi akan berpikir keras saat ditanya tentang Ki Manteb Sudarsono. Tapi, saat nama Lee MinHo atau Shah Rukh Khan yang muncul, mereka bakal dengan sigap menjawab. Begitulah, karena saat ini drama Korea dan sinetron India memang lebih populer dibanding wayang kulit.
Kebudayaan lokal makin luntur, diterjang kebudayaan asing. Dan ini, merupakan salah satu risiko globalisasi. Karena kebudayaan asing dinilai lebih praktis dan relevan dengan perkembangan zaman.
Indonesia adalah negeri yang kaya dengan kebudayaan. Ribuan suku bangsa dan ratusan bahasa menghadirkan ragam kebudayaan yang saling terhubung, dan membentuk kebudayaan Indonesia. Namun, modernisasi telah menepikan kekayaan tersebut.
Sementara pemerintah justru kurang memberikan porsi yang layak dalam pelestarian kebudayaan Indonesia. Termasuk minimnya pembelajaran budaya lokal sejak dini. Karena itu, Festival Kebudayaan Desa hadir untuk mengingatkan kembali nilai-nilai Nusantara.
Tersaji dalam rangkaian talkshow, parade video, dan suluk kebudayaan yang melibatkan 13 subkultur di Indonesia. Festival sepanjang 13-16 Juli 2020 ini, juga menghadirkan desa dan komunitas adat.
Tujuannya, untuk menggali gagasan dan praktik kebudayaan yang dapat dilestarikan dalam kehidupan masyarakat. Dan ini merupakan upaya yang sangat penting untuk meletakkan kembali pondasi kebudayaan dalam tatanan Indonesia baru.
Sambutan:
- Anwar Sanusi, P.hD (Sekretaris Jenderal Kementrian Desa PDTT)
- Dr. Restu Gunawan, M.Hum (Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud)
- Drs. Benny Suharsono, M.Si (Paniradya Pati Kaistimewaan DIY)
- Wahyudi Anggorohadi, S.Farm, Apt (Lurah Desa Panggungharjo)
Orasi Kebudayaan: Dr. I Ngurah Suryawan (Antropolog Bali dan Papua)